Program pencegahan K3 menjadi kunci kelangsungan bisnis dan perlindungan pekerja selama pandemi

Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berperan penting dalam menjaga ketahanan dan kelangsungan usaha serta melindungi pekerja di masa krisis, khususnya di masa pandemi COVID-19 saat ini.

News | Jakarta, Indonesia | 02 February 2022
Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan sejumlah besar bisnis di Indonesia. Krisis tersebut tidak hanya mengguncang ketahanan bisnis, khususnya di sektor perhotelan, restoran serta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), tetapi juga mengancam keselamatan pekerja dan keluarganya.

Bisnis restoran adalah salah satu sektor yang paling terkena dampak pandemi COVID-19
Faisal Tjandraatmadjaja, Ketua Bidang Sertifikasi Usaha Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan hingga Juli 2020 sebanyak 1.174 hotel di 31 provinsi Indonesia terpaksa menutup operasionalnya akibat penyebaran virus COVID-19. Penutupan tersebut mengakibatkan anggota PHRI menderita kerugian sekitar Rp 85 triliun, yang berdampak pada 1,5 juta pekerja perhotelan dan restoran yang terancam dirumahkan dan dicutikan di luar tanggungan perusahaan.

”Bahkan mereka terancam terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),” ujarnya dalam bincang-bincang berjudul “Dorong UKM Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja”, yang diselenggarakan oleh ILO, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan PHRI pada 25 Januari. Faisal mengakui meski sektor perhotelan sudah menunjukkan indikasi perbaikan hingga Juni 2020 dengan tingkat okupansi 38,55 persen seperti diperlihatkan data Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan tersebut belum mencapai tingkat pra-pandemi 52,37 persen pada 2019.

UMKM harus gesit, terampil digital, memiliki kemampuan untuk menilai risiko dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat."

Ronald Walla, Ketua bidang Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UKM)
Sektor UMKM juga tak kalah menderita. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan, hampir separuh UMKM gulung tikar selama pandemi COVID-19. Dampaknya menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional mengingat 64 juta unit UMKM berkontribusi terhadap 97 persen dari total tenaga kerja dan 62 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Ronald Walla, Ketua bidang Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UKM), menggarisbawahi bahwa kunci bertahan dari pandemi global ini adalah melalui adaptasi dan kolaborasi. “UMKM harus gesit, terampil digital, memiliki kemampuan untuk menilai risiko dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat,” kata Ronald seraya menambahkan bahwa UMKM perlu meningkatkan keterampilan kewirausahaan yang sejalan dengan karakter industri 4.0.

Menyikapi pentingnya keterampilan digital, Manajer Pengembangan Bisnis Moaci Gemini Semarang, Stefania Catharine meyakini langkah awal yang harus dilakukan UMKM untuk bertahan dari pandemi adalah dengan beralih ke bisnis daring dan memahami prinsip-prinsip keselamatan dan Kesehatan kerja (K3). “Edukasi K3 harus diberikan tidak hanya kepada pekerja tetapi juga kepada konsumen, khususnya untuk menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup sehat,” ujarnya.

Bincang-bincang ILO, Apindo dan PHRI
Untuk mempromosikan kesadaran dan penerapan K3 di tempat kerja, khususnya UMKM, Abdul Hakim, manajer program ILO untuk program pencegahan COVID-19 di tempat kerja, menekankan urgensi kerja kolaboratif K3 antara pengusaha, pelaku UMKM, petugas kesehatan, dan pekerja untuk mempertahankan ketahanan bisnis dan produktivitas. “Investasi K3 yang kuat akan mampu mendongkrak ketahanan perusahaan di masa-masa sulit,” tambahnya.

Upaya bersama dalam memprioritaskan K3 dapat diwujudkan melalui dialog sosial, kolaborasi dan upaya pencegahan. Pola pikir keselamatan dan perubahan perilaku akan mendorong budaya pencegahan yang tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga pekerja."

Abdul Hakim, manajer program ILO untuk program pencegahan COVID-19 di tempat kerja
Abdul menambahkan bahwa melalui Proyek Peningkatan Pencegahan COVID-19 di dan melalui Proyek Tempat Kerja, ILO bersama dengan mitranya telah memberikan layanan penilaian risiko COVID-19 gratis ke lebih dari 1.500 tempat kerja di Indonesia. Dengan dukungan Pemerintah Jepang, layanan ini juga bertujuan untuk mengintegrasikan pendidikan kesehatan sebagai bagian dari upaya promotif dan preventif K3 selama pandemi.

“Upaya bersama dalam memprioritaskan K3 dapat diwujudkan melalui dialog sosial, kolaborasi dan upaya pencegahan. Pola pikir keselamatan dan perubahan perilaku akan mendorong budaya pencegahan yang tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga pekerja,” pungkasnya.

Menyoroti K3 sebagai investasi dan bukan sebagai beban tambahan bagi perusahaan, termasuk UMKM, Wendri Wildiartoni, dokter K3 dari Perhimpunan Dokter Kesehatan Indonesia (IDKI), mengatakan mekanisme K3 membantu perusahaan untuk membangun budaya pencegahan dan perlindungan pekerja dengan penekanan pada nol kematian di tempat kerja yang akan berdampak positif terhadap profil dan nilai perusahaan.

Acara bincang-bincang tersebut juga menandai kemitraan yang dibangun antara ILO, Apindo dan PHRI untuk mendorong partisipasi dari 500 anggota asosiasi untuk mengikuti layanan penilaian risiko penularan COVID-19 di tempat kerja. Layanan ini mendukung kelangsungan bisnis, ketahanan tempat kerja serta perlindungan pekerja dengan meningkatkan langkah-langkah pencegahan penularan COVID-19 yang dipandu oleh dokter K3. Melalui layanan ini pelaku usaha dapat mengidentifikasi, menilai dan mengelola tingkat risiko COVID-19 yang berbeda-beda di tiap tempat kerjanya.

Siaran langsung acara bincang-bincang ini dapat ditonton melalui ILO TV Indonesia.