Pelatihan keuangan memberdayakan seorang wirausaha perempuan: Kisah Delila Utan

Berulangkali menolak untuk menikah dini, seorang wirausaha perempuan di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi lebih mandiri setelah mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan yang didukung ILO sebagai bagian dari program bersama PBB.

News | Jakarta, Indonesia | 19 January 2022
Delila Utan, seorang wirausaha berusia 35 tahun asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sibuk mencatat pemasukan dan pengeluaran harian. Dia dengan hati-hati mencatat produksi dan penjualan perkebunan jambu mete dan usaha ritelnya, menghitung pendapatan bersih bulanan. “Sebelumnya saya kesulitan mengelola usaha karena saya hanya mengandalkan insting dan tidak memiliki catatan keuangan apa pun,” kata Delila.

Delila Utan
Delila adalah salah satu dari 15 peserta yang ikut serta dalam Pelatihan Kewirausahaan dan Akses ke Lembaga Keuangan, yang diselenggarakan oleh proyek Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian bekerja sama dengan Perkumpulan Pondok Pergerakan Juni lalu. Pelatihan tersebut merupakan bagian dari program bersama yang dilaksanakan oleh empat badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk ILO, di Indonesia dan didanai oleh UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN MPTF).

Selama lima hari, Delia belajar tentang prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan bagi wirausaha yang meliputi harga jual dan perhitungan biaya produksi, depresiasi dan pembukuan. Selama pelatihan, dia juga mempelajari akar penyebab masalah keuangan yang membuatnya berada di ambang kebangkrutan.

Saya tidak pernah menyangka bisa mewujudkan impian saya menjadi seorang pengusaha. Pengetahuan keuangan yang saya dapatkan selama pelatihan membuat saya lebih percaya diri dalam membangun usaha dan menjalani hidup dengan damai."

Delila Utan, seorang wirausaha berusia 35 tahun asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT)
“Saya mengelola keuangan dengan pemikiran saya hanya perlu menjaga agar uang tetap berputar,” ungkapnya. Akibatnya, saat dirampok dan mobil operasionalnya rusak dalam kejadian tersebut, Delila harus menarik uang dari tabungannya. “Saya tidak memiliki catatan keuangan dan ketika saya harus berurusan dengan kejadian yang tidak mengenakkan itu, saya harus menggunakan tabungan. Saya hampir kehilangan usaha saya,” tambahnya.

Delila memulai usahanya saat kembali dari bekerja sebagai pekerja migran di Malaysia setelah lebih dari sepuluh tahun di sana. Untuk menghindari perjodohan ketika dia berusia 15 tahun pada 2001, dia mendaftar untuk bekerja di Malaysia. Setelah mengikuti serangkaian pelatihan di Jakarta, ia berangkat dan bekerja selama tiga tahun di Malaysia.

Setibanya kembali di rumah, ia mendapati keluarganya masih ingin menjodohkannya. Dia kemudian memutuskan untuk kembali ke majikannya di Malaysia selama lima tahun hingga 2009. Setiap bulan dia mengirim uang gaji untuk membangun rumah. Ketika dia tahu ia masih akan dijodohkan, dia pun memutuskan kembali ke Malaysia untuk ketiga kalinya.

“Kali ini saya memutuskan untuk menabung dari pendapatan saya agar bisa membuat usaha sendiri,” kisahnya.

Pembukuan sebagai alat untuk tinjauan keuangan merupakan landasan bagi usaha kecil untuk bertahan dari pandemi."

Budi Maryono, Spesialis Kewirausahaan ILO untuk Proyek Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian
Sekembalinya ke rumah, dia memulai usaha dengan beternak dan menjual sapi. Setelah empat tahun, dia membeli perkebunan jambu mete. Sayangnya, perjodohan tersebut masih menghantui Delila. Di sela-sela mengembangkan usaha perkebunannya, ia mengetahui bahwa laki-laki yang ditunangkan dengannya masih ingin menikahinya.

Sekali lagi, dia memutuskan kembali ke Malaysia untuk keempat kalinya. Dia pulang pada 2016 dan mulai mengembangkan usaha dengan membeli mobil operasional. Ia juga mulai mengembangkan usahanya dengan berjualan barang kebutuhan pokok dan kain tenun.

“Saya tidak pernah menyangka bisa mewujudkan impian saya menjadi seorang pengusaha. Pengetahuan keuangan yang saya dapatkan selama pelatihan membuat saya lebih percaya diri dalam membangun usaha dan menjalani hidup dengan damai,” tambahnya.

Budi Maryono, Spesialis Kewirausahaan ILO untuk Proyek Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian, menyatakan bahwa program pelatihan kewirausahaan dan inklusi keuangan bertujuan untuk membantu usaha kecil meningkatkan operasi usaha mereka. “Pembukuan sebagai alat untuk tinjauan keuangan merupakan landasan bagi usaha kecil untuk bertahan dari pandemi,” tambahnya.