News
Pelibatan media untuk meningkatkan pelaporan migrasi kerja yang peka gender
ILO, melalui Program Bersama ILO-UN Women Safe and Fair di bawah EU-UN Spotlight Initiative, bermitra dengan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Jakarta menyelenggarakan serangkaian program pelibatan media.
Meningkatkan pelaporan tentang migrasi tenaga kerja untuk memastikan penggambaran perspektif gender yang adil dan etis dapat memainkan peran penting dalam melindungi dan memberdayakan perempuan pekerja migran dengan lebih baik dan mengurangi sikap dan persepsi publik yang negatif."
Michiko Miyamoto, Direktur ILO di Indonesia
Melalui program pelibatan media ini, Program Bersama ILO-UN Women Safe and Fair dan AJI Jakarta mengumpulkan 25 jurnalis dari media daring, cetak dan elektronik nasional dan regional untuk berpartisipasi dalam program pelatihan jurnalis tiga hari, “Memperkuat Lensa Gender dan Etika Jurnalistik tentang Migrasi Tenaga Kerja dan Kekerasan terhadap Perempuan Pekerja Migran”, yang diselenggarakan pada 15-17 Oktober. Pelatihan dibuka oleh Thibaut Portevin, Kepala Kerja Sama Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam dan Michiko Miyamoto, Direktur ILO di Indonesia.
“Meningkatkan pelaporan tentang migrasi tenaga kerja untuk memastikan penggambaran perspektif gender yang adil dan etis dapat memainkan peran penting dalam melindungi dan memberdayakan perempuan pekerja migran dengan lebih baik dan mengurangi sikap dan persepsi publik yang negatif,” katanya.
Mendapatkan komitmen media
Sebelum program pelatihan, diadakan pertemuan redaktur yang dihadiri oleh 12 redaktur dari media nasional dan daerah. Dalam pertemuan tersebut, redaksi yang berpartisipasi mengakui bahwa migrasi tenaga kerja merupakan isu penting mengingat Indonesia merupakan salah satu negara asal, dari sejumlah besar pekerja yang bermigrasi untuk bekerja di luar negeri, di antaranya 67 persen adalah perempuan dengan mayoritas bekerja di pekerjaan rumah tangga dan perawatan.
Mereka juga sepakat bahwa media perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas migrasi tenaga kerja di setiap siklusnya, terutama isu-isu yang berkaitan dengan kepekaan gender dan kekerasan terhadap perempuan pekerja migran.
Program pelatihan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan redaktur. Selama program pelatihan, para jurnalis yang berpartisipasi belajar tentang peraturan yang ada tentang migrasi tenaga kerja termasuk UU No. 18/2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dan standar internasional yang relevan, seperti Konvensi Pekerja Rumah Tangga ILO, 2011 (No. 189) tentang hak-hak pekerja rumah tangga, dan Konvensi ILO tentang Kekerasan dan Pelecehan, 2019 (No. 190) serta Konvensi Internasional tentang Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya.
Mereka juga belajar tentang bahasa dan lensa sensitif gender serta jurnalisme etis untuk memberikan penggambaran gender yang adil.
Dehumanisasi terminologi seperti kata “migran ilegal” adalah contoh lain yang memberikan kesan bahwa pekerja migran adalah penjahat, yang dapat membenarkan sikap negatif. Karenanya, kami berharap glosarium ini dapat berkontribusi dalam membentuk persepsi positif dan pemahaman yang lebih baik tentang pekerja migran perempuan."
Sinthia Harkrisnowo, Koordinator Proyek ILO untuk Program Safe and Fair
Melalui tur langsung virtual, para jurnalis dibawa untuk mengamati dan mencermati layanan yang diberikan oleh MCR-LTSA terpadu: Layanan penjangkauan ke desa, konsultasi pra-kerja, layanan konseling psiko-sosial, penanganan kasus, bantuan hukum, pelatihan bagi calon pekerja migran Indonesia dan penyediaan informasi yang terpercaya dan akurat.
Untuk membantu media mengembangkan pelaporan yang bertanggung jawab dan etis tentang migrasi tenaga kerja dan kekerasan berbasis gender serta diskriminasi terhadap pekerja migran, ILO juga meluncurkan Glosarium ramah-media tentang migrasi versi bahasa Indonesia (edisi TPKP) selama pertemuan redaktur dan pelatihan media. Glosarium ini berfungsi sebagai panduan bagi profesional media ketika menulis atau melaporkan tentang migrasi tenaga kerja perempuan atau kekerasan terhadap perempuan dalam konteks migrasi.
Sinthia Harkrisnowo, Koordinator Proyek ILO untuk Program Safe and Fair, menekankan bahwa bahasa dan kata-kata yang digunakan di media dapat memperkuat stereotip yang terkait dengan perempuan tersebut. Misalnya, kata-kata seperti “pembantu” atau “pelayan” sering digunakan untuk menyebut “pekerja rumah tangga” yang memberikan penggambaran yang salah karena tidak mengakui pekerjaan rumah tangga sebagai jenis pekerjaan dengan hak-hak pekerja yang sesuai.
“Dehumanisasi terminologi seperti kata “migran ilegal” adalah contoh lain yang memberikan kesan bahwa pekerja migran adalah penjahat, yang dapat membenarkan sikap negatif. Karenanya, kami berharap glosarium ini dapat berkontribusi dalam membentuk persepsi positif dan pemahaman yang lebih baik tentang pekerja migran perempuan,” tambah Sinthia.
Meningkatkan pemberitaan migrasi kerja
Program pelatihan diakhiri dengan penyerahan dan pemilihan ide-ide pelaporan migrasi tenaga kerja sebagai bagian dari program beasiswa media, yang akan mencakup isu-isu seperti kondisi kerja pekerja perawatan dan perdagangan orang.Suci Sekar, wartawan Tempo.co, berencana meliput kondisi kerja perempuan pekerja migran Indonesia yang bekerja sebagai perawat lansia di Hongkong dan Taiwan. Kurangnya ruangan di dalam rumah-rumah di kedua negara ini membuat para pekerja migran rentan terhadap kekerasan dan pelecehan karena mereka tidak diberikan akomodasi yang layak.
Sementara Adinda Kusuma, pewarta Kompas TV, akan melakukan serangkaian pemberitaan mendalam terkait perdagangan orang, perlindungan pekerja migran dan pemberdayaan perempuan.
Melalui rangkaian program pelibatan media yang dimulai dengan pertemuan redaktur dan dilanjutkan dengan pelatihan jurnalis dan program beasiswa media ini, kami berharap dapat membangun komitmen dan kapasitas organisasi media dan profesional dari tingkat editor hingga reporter."
Gita Lingga, Staf Komunikasi ILO
“Melalui rangkaian program pelibatan media yang dimulai dengan pertemuan redaktur dan dilanjutkan dengan pelatihan jurnalis dan program beasiswa media ini, kami berharap dapat membangun komitmen dan kapasitas organisasi media dan profesional dari tingkat editor hingga reporter. Harapannya, kita akan dapat menyaksikan pemberitaan media yang lebih komprehensif tentang migrasi tenaga kerja yang memperhatikan penggambaran gender yang adil dan beretika serta sekaligus dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang migrasi tenaga kerja yang aman dan adil,” ujar Gita Lingga, Staf Komunikasi ILO.
Dukungan ILO diberikan melalui Program Safe and Fair: Mewujudkan hak dan peluang perempuan pekerja migran di kawasan ASEAN. Dengan dukungan dari Uni Eropa, program yang dilaksanakan bersama oleh ILO dan UN Women bertujuan untuk mempromosikan migrasi tenaga kerja yang aman dan adil bagi semua perempuan di kawasan tersebut. Di Indonesia, Program Safe and Fair menargetkan empat wilayah yang dikenal sebagai daerah pengirim pekerja migran: Cirebon, Jawa Barat, Blitar dan Tulung Agung Jawa Timur dan Lampung Utara, Lampung.